MODUL PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GURU |
Saat ini Admin mengikuti Penguatan Pelatihan Kurikulum 2013 walau hanya untuk fasilitator Kurikulum 2013 tahun 2017 tingkat Kabupaten. Di provinsi Banten mulai hari 21 Maret 2017 dilaksanakan Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Instruktur tingkat Kabupaten.
Ada tiga Agenda Penting Implementasi Kurikulum 2013 di tahun 2017 yakni Penguatan Pendidikan Karakter, Penguatan Budaya Literasi, dan Pembelajaran Abad 21. Khusus materi Penguatan Pendidikan Karakter bahkan diwajibkan menjadi salah satu jadwal acara dalam acara MGMP, MKKS dan MKPS. Hal ini terlihat dari panduan pemberian dana untuk MGMP yang mewajibkan adanya acara / materi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Pada Upload kali ini Admin akan mensharekan atau membagikan Modul Penguatan Pendidikan Karakter Untuk Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan komite sekolah sebagai materi diskusi dalam training Kurikulum 2013. Untuk Materi yang lain yakni Penguatan Budaya Literasi (Disini) dan Pembelajaran Abad 21 (Disini)
MODUL PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK PENGAWAS SEKOLAH |
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak lepas dari jadwal Nawa Cita yang menjadi visi Presiden Joko Widodo. Ada 5 nilai yang menjadi fokus PPK, yaitu nasionalis, integritas, mandiri, gotong rotong, dan religius.
Ada lima nilai utama aksara yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama aksara bangsa yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
1. Religius
Nilai aksara religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam sikap melaksanakan anutan agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan hening dengan pemeluk agama lain.
Nilai aksara religius ini mencakup tiga dimensi korelasi sekaligus, yaitu korelasi individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai aksara religius ini ditunjukkan dalam sikap menyayangi dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, menyayangi lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
Nilai aksara religius ini mencakup tiga dimensi korelasi sekaligus, yaitu korelasi individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai aksara religius ini ditunjukkan dalam sikap menyayangi dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, menyayangi lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai aksara nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang memberikan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.
3. Mandiri
Nilai aksara berdikari merupakan sikap dan sikap tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.Subnilai berdikari antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai aksara bersama-sama mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan pundak membahu menuntaskan dilema bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai bersama-sama antara lain menghargai, kerja sama,inklusif, janji atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai aksara integritas merupakan nilai yang mendasari sikap yang didasarkan pada upaya mengakibatkan dirinya sebagai orang yang selalu sanggup mendapatkan amanah dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,memiliki janji dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter integritas mencakup sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang menurut kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama aksara bukanlah nilai yang bangun danberkembang sendiri-sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan aksara dimulai, individu dan sekolah pertlu membuatkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari kepercayaan dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula kalau nilai utama nasionalis digunakan sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan menurut nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
Dalam prakteknya kelima nilai tersebut dijabarkan dalam beberapa nilai. Penjabaran dari nasionalis seperti; cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan menghargai kebhinekaan. Penjabaran dari nilai integritas seperti; kejujuran, keteladanan, kesantunan, dan cinta pada kebenaran.Penjabaran dari nilai berdikari seperti; kerja keras, disiplin, kreatif, berani, dan pembelajar. pembagian terstruktur mengenai dari nilai bersama-sama seperti; kerjasama, solidaritas, saling menolong dan kekeluargaan. Adapun pembagian terstruktur mengenai dari nilai religius seperti; beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, bersih, toleransi, dan cinta lingkungan. Orang tua, guru, masyarakat, dan para pemegang kebijakan tentunya sanggup membuatkan pembagian terstruktur mengenai nilai-nilai lainnya sepanjang relevan dengan lima nilai yang menjadi fokus PPK.
Karena bangsa-bangsa mahir dan maju di dunia ini pada umumnya berkarakter kuat, ibarat pekerja keras, disiplin, jujur, berintegritas, mempunyai rasa cinta tanah air yang tinggi. Oleh alasannya itu, bangsa Indonesia, sebagai salah satu bangsa terbesar di dunia perlu juga diperkuat karakternya semoga sanggup menjadi bangsa yang maju, beradab, dan kompetitif di tengah ketatnya persaingan globalisasi dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), serta dalam rangka mempersiapkan generasi emas tahun 2045.
Pendidikan aksara disamping mengacu kepada Nawa Cita yang digulirkan presiden Joko Widodo, juga merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 disebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi membuatkan kemampuan dan membentuk tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi penerima didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Hamid Muhammad dikutip dari laman dikdas.kemdikbud memberikan bahwa PPK mencakup pada tiga hal. Pertama, penguatan kejujuran dan integritas. Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tetapi kekurangan orang jujur dan berintegritas. Faktanya pada pelaku korupsi justru banyak berasal dari kalangan berpendidikan tinggi. Pendidikan yang tinggi tidak selalu identik dengan kejujuran. Keserakahan menjadi faktor utama terjadinya di kalangan orang pendidikan mempunyai jabatan di lembaga-lembaga pemerintahan. Justru banyak orang yang berpendidikan rendah dan miskin jujur. Walau mereka kondisinya miskin, tapi hatinya kaya, masih mempunyai nurani, mempunyai rasa takut dan malu yang tinggi.
Kedua, penguatan sikap yang berkaitan dengan kinerja. Bangsa Indonesia dikenal kurang menghargai waktu dan kurang disiplin. Hal ini sanggup kita lihat sikap warga masyarakat di jalan raya. Pelaksanaan rapat yang sering terlambat alasannya penerima banyak yang terlambat hadir alias jam karet, terlalu banyak membuang waktu memperdebatkan yang kurang penting sehingga kurang produktif.
Ada pribahasa Inggris yang menyampaikan bahwa waktu yaitu uang. Begitu pun dalam anutan agama Islam diingatkan perihal kerugian bagi orang yang menyia-nyiakan waktu. Dalil Al Qur’annya banyak dibaca, tetapi belum benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Urusan disiplin justru bangsa Indonesia harus banyak mencontoh kepada negara Jepang dan Korea selatan yang sangat menghargai waktu dan produktivitasnya tinggi.
Ketiga, penguatan nasionalisme dan rasa kebangsaan. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dikuatkan kembali. Hal ini bertujuan semoga semangat untuk menyayangi negeri sendiri semakin tumbuh dan berpengaruh di tengah derasnya dampak budaya abnormal (barat) yang masuk ke Indonesia. Implementasi nilai-nilai religi, kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, musyawarah mufakat, dan keadilan perlu ditanamkan, dikembangkan, dan dikokohkan kepada seluruh bangsa Indonesia.
Ditegaskan oleh Hamid Muhammad bahwa aksara merupakan fondasi dalam implementasi K-13 sehingga perlu benar-benar diinternalisasikan dalam pembelajaran. Dan tentunya guru yaitu sosok kunci yang dibutuhkan menjadi ujung tombak dalam implementasinya. Selain itu, perlu diciptakan suasana yang aman dalam PPK di sekolah. Hal yang paling utama yaitu adanya keteladanan dari Kepala Sekolah, guru dan tenaga kependidikan.
Bagaimana Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di kelas / sekolah ? Berdasarkan modul Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui banyak sekali cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan acara ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan karakteristik penerima didik, kearifan lokal, daya dukung, dan budi satuan pendidikan masing-masing.
Pelaksanaan Gerakan PPK diadaptasi dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan sanggup dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
yaitu:
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui acara intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai acara intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk Sekolah Menengah Pertama mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi perihal energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui acara ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada acara ekstrakurikuler,satuan pendidikan melaksanakan penguatan kembali nilai-nilai aksara melalui banyak sekali kegiatan. Kegiatan ekskul sanggup dilakukan melalui kerja sama dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, ibarat PMI, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses acara rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan aksara sesuai dengan situasi, kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Bagi Anda yang belum mempunyai Modul Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) silahkan pilih link download di bawah ini
Modul Pelatihan pada lima link dibawah ini;
Download Modul training PPK bagi guru modul PPK Untuk guru SD dan SMP, sedangkan Sekolah Menengan Atas (Disini)
Download Modul training PPK bagi Kepsek (SD dan SMP, sedangkan Sekolah Menengan Atas menyesuaikan) modul ppk Untuk kepsek (Disini)
Download Modul training PPK bagi Komite modul PPK untuk Komite (Disini)
Download Modul training PPK modul PPK untuk Pengawas Sekolah (Disini)
Download Modul training PPK Panduan Penilaian PPK panduan evaluasi PPK (Disini)
Untuk Mendownload Modul Gerakan Literasi Sekolah (Disini)
Untuk info Pembelajaran Abada 21 (Disini)
Demikian info Modul Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk Kepala Sekolah, guru, pengawas dan Komite sekolah. Semoga bermanfaat.
Demikian info Modul Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk Kepala Sekolah, guru, pengawas dan Komite sekolah. Semoga bermanfaat.
==========================================
Buat lebih berguna, kongsi: