Terdapat tiga teori yang dikemukakan para jago sejarah terkait dengan masuknya agama Islam ke Indonesia, yaitu: Pertama, teori Gujarat yang menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada era ke-13 M, melalui kiprah para pedagang India. Kedua, teori Makkah, yang menyatakan bahwa agama Islam tiba di Indonesia eksklusif dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar era ke-7 M.
Ketiga, teori Persia, yang menyatakan bahwa agama Islam tiba di Indonesia melalui kiprah para
pedagang asal Persia sekitar era ke-13 M. Masing-masing teori mempunyai argumen ilmiah, namun dalam Seminar Nasional ihwal masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963, para jago sejarah menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada era ke-1 H. (abad ke-7 M) dan eksklusif dari tanah Arab.
A. Menganalisis dan Mengevaluasi Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setidaknya terdapat tiga teori besar yang dikembangkan oleh Ahmad Mansur Suryanegara, yang terkait dengan asal kedatangan, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Berikut beberapa uraian terkait dengan beberapa bukti yang mendukung teori Mekah.
B. Strategi Dakwah Islam di Nusantara
Setidaknya terdapat beberapa kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.
1. Perkembangan Islam DI Sumatera
Pada umumnya, buku-buku sejarah menyebutkan perkembangan agama Islam bermula dari Pasai, Aceh Utara. Orang yang membuatkan Islam pulau Sumatera ialah Abdullah Arif. Setelah agama Islam berkembang di Pasai, dengan cepat tersebar ke Pariaman yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin.
Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan ialah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar yang merupakan bupati Majapahit di Palembang waktu diberi saran biar bersedia membuatkan agama Islam di Sumatera Selatan.
2. Perkembangan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Papua
Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan, dengan ibu kotanya Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini ialah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa.
Islam masuk ke Kalimantan Barat mula-mula di kawasan Muara Sambas dan Sukadana. Pembawa agama Islam ke kawasan Kalimantan Barat ialah para pedagang dari Johor (Malaysia), serta ulama dan mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan). Sultan Islam yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana, yaitu Panembahan Giri Kusuma.
Islam masuk di Maluku melalui jalur perdagangan di era ke-15 alasannya Maluku sohor sebagai kepulauan rempah-rempah. Syekh Mansur ialah salah satu pedagang dari Arab yang meyiarkan Islam di Tidore pada masa pemerintahan Calano Caliati. Sementara Datu Maulana Hussein ialah salah satu pedagang dari Jawa yang juga kuat dalam penyebaran Islam di Ternate pada masa pemerintahan Kalano Marhum.
Islam masuk ke Irian terutama alasannya dampak raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama Islam dan ulama atau mubaligh dari Maluku. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di papua ialah Misol, Salawati, Pulau Waigeo, dan Pulau Gebi.
3. Perkembangan Islam di Sulawesi
Pada era ke-16 Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato’ Ri Bandang dari Sumatera Barat. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Sulawesi ialah Goa, sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan.
Raja Goa yang berjulukan Karaeng Tonigallo masuk Islam. Kemudian atas permintaan Dato’ Ri Bandang, Raja Goa berganti nama dengan Sultan Alauddin. Setelah Sultan Alauddin wafat, dia diganti oleh putranya yang berjulukan Sultan Hasanuddin. Dari Goa Islam terus berkembang ke daerah-daerah lainnya ibarat kawasan Tallo dan Bone.
4. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara
Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusa Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa.
Agama Islam berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di kawasan Lombok yang penduduknya disebut Suku Sasak. Dari kawasan Lombok, secara pelanpelan selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa dan Flores.
5. Perkembangan Islam di Pulau Jawa
Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada era ke-11 M., yang dibawa oleh para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula dimasuki Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur.
Tokoh populer yang berdakwah di Jawa Timur ialah Maulana Malik Ibrahim. Beliau menetap di Gresik. Dalam majlisnya itu dia mengkader beberapa orang murid. selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di pulau Jawa.
Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak. Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke kawasan pedalaman pulau Jawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.
D. Kerajaan Islam
Berikut ialah uraian singkat beberapa keajaan Islam yang populer di Nusantara.
1. Samudera Pasai
Samudera Pasai ialah keajaan Islam pertama di Indonesia yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Peurelak (Perlak). Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik al- Saleh pada tahun 1285 (abad 13 M) sekaligus sebagai raja pertama.
Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir I. Ia memerintah hingga tahun 1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir II.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
3. Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang berjulukan Raden Patah. Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah Sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Pangeran Prawoto (anak Trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membun*h
pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibun*h oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen).
Arya Penangsang kemudian tampil menjadi Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhi dengan kekacauan alasannya banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada risikonya seorang adipati Pajang berjulukan Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet berhasil membun*hnya. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
4. Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang ialah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya meninggal, seharusnya Pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Pangeran Prawata). Setelah Arya Pangiri sanggup dikalahkan, Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.
5. Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan alasannya ia telah berjasa
membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng Pamanahan meninggal, Mataram dipegang oleh putranya, Sutawijaya.
Sepeninggal Sutawijaya, Tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya ialah Raden Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Setelah terjadinya Perjanjian Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian, Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta. Lebih dari itu, dengan adanya Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta terpecah lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/Kasunanan.
6. Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sabakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin.
Pada era ke-17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga kesultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Banten
Daerah Banten di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya Maulana Yusuf.
Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan Ageng ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
8. Makassar
Pada era ke-16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo. Makassar dengan ibu kota di Somba Opu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Bertindak sebagai rajanya ialah Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin dan sebagai mangkubumi (Perdana Menteri) ialah Raja Tallo, Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah, yang pada masa pemerintahannya ialah puncak kejayaan Makassar.
9. Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira era ke-13. Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang populer dari Tidore ialah Sultan Nuku. Muncullah Sultan Khaerun yang kini menjadi nama universitas di Ternate
E. Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
Secara garis besar ada dua bentuk gerakan pembaharuan Islam di Indonesia: (1) Gerakan pendidikan dan sosial, (2) gerakan politik.
1. Gerakan Pendidikan dan Sosial
a. Sekolah Thawalib
Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem sekolah. Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya.
Tidak hanya guru dan murid di sekolah itu, melainkan juga para alumni.
Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Akhirnya organisasi Sumatera Thawalib
berkembang menjadi organisasi politik dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia, disingkat Permi. Permi merupakan partai Islam politik pertama di Indonesia. Asas Permi tergolong modern. Bukan hanya Islam, tetapi juga Islam dan Nasionalis.
b. Jamiat Khair
Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17 Juli 1905. Di antara pendirinya ialah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat atau darah biru Arab.
Ada dua acara yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan membina sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak
tidak mengajarkan Bahasa Belanda tkarena bahasa penjajah, tetapi diganti
dengan bahasa Inggris.
c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan. Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair. Al-Irsyad tidak sanggup dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia seorang Arab keturunan Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam badan Al-Irsyad.
d. Persyarikatan Ulama
Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula berjulukan Hayatul Qulub, didirikan di Majalengka, Jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim ialah alumni Timur Tengah. Ia menyerap idei-de pembaruan yang dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh pembaruan di Mesir.
Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “sistem madrasah” dengan “sistem asrama”. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama diberi nama “Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan.
e. Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan pedoman Islam berdasarkan paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh aneka macam jenis perjuangan di aneka macam bidang, antara lain sebagai berikut.
f. Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial.
Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini mempunyai antara lain beberapa puluh rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah; memerangi aneka macam perbuatan syirik, menyekutukan Allah Swt.
Muhammadiyah, menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang aturan Islam biar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
g. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya tanggal 12 September 1923 di Bandung. Ide mulanya dari seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm Mekkah berjulukan H. Zamzam bersama sobat dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang.
Persis bertujuan: Pertama, mengamalkan segala pedoman Islam dalam setiap segi kehidupan anggotanya dalam masyarakat, kedua, menempatkan kaum muslimin pada pedoman aqidah dan syari’ah berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.
2. Gerakan Politik
Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan ialah Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII). SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905.
SI kemudian menjelma Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Partai Islam Masyumi pada awal berdirinya merupakan satu-satunya partai politik Islam yang dibutuhkan sanggup memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam negara modern yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyumi merupakan partai federasi yang menampung semua golongan tradisional.
F. Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Tokoh-tokoh aktivis utama dalam penyebaran Islam dan telah menggoreskan nilai-nilai keteladan mereka lebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo” yaitu sebagai berikut.
Menurut buku Atlas Wali Songo, disebutkan kiprah tokohtokoh Wali Songo dalam mengubah dan menyesuaikan tatanan nilai-nilai budaya masyarakat, sebagai berikut:
G. Menjunjung Tinggi Kerukunan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap dan sikap mulia yang harus kita kembangkan sebagai Implementasi dari pelajaran ihwal sejarah perkembangan Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
H. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari pelajaran ihwal dakwah Islam di Nusantara, antara lain sebagai berikut.
Ketiga, teori Persia, yang menyatakan bahwa agama Islam tiba di Indonesia melalui kiprah para
pedagang asal Persia sekitar era ke-13 M. Masing-masing teori mempunyai argumen ilmiah, namun dalam Seminar Nasional ihwal masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963, para jago sejarah menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada era ke-1 H. (abad ke-7 M) dan eksklusif dari tanah Arab.
A. Menganalisis dan Mengevaluasi Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setidaknya terdapat tiga teori besar yang dikembangkan oleh Ahmad Mansur Suryanegara, yang terkait dengan asal kedatangan, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
- Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai tiba dari wilayah Gujarat – India melalui kiprah para pedagang India muslim pada sekitar era ke- 13 M.
- Kedua, teori Mekah. Islam dipercaya tiba di Indonesia eksklusif dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar era ke-7 M.
- Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui kiprah para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke Nusantara sekitar era ke-13 M.
Berikut beberapa uraian terkait dengan beberapa bukti yang mendukung teori Mekah.
- Menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad saw. mendapatkan wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai dikala itu.
- Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University menemukan bukti-bukti yang memperlihatkan bahwa sebelum era kelima masehi, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan
- Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara-terutama Sumatera dan Jawa dengan Cina juga diakui oleh sejarawan G.R. Tibbetts.
- Ditemukannya perkampungan Arab muslim di Barus pada era ke-1 H./7 M. Berdasarkan sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa sekitar tahun 625 M.
- Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai kawasan awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar era ke-7M.
- Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di kerikil nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 M.
- HAMKA menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang menciptakan kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumate
- Sejarawan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubalighmubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara semenjak awal era ke-7 M.
- Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Prancis yang bekerja sama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar era 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multietnis dari aneka macam suku bangsa.
- Pada tahun 674 M semasa pemerintahan Khilafah Utsman bin Affan, mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada dikala itu namanya Kalingga).
- Dalam Seminar Nasional ihwal masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963, para jago sejarah menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada era ke-1 H. (abad ke-7 M) dan eksklusif dari tanah Arab.
- Ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, era ke- 11 M. yang berarti jauh sebelum itu sudah terjadi penyebaran agama Islam, terutama di kawasan pesisir Sumatera
B. Strategi Dakwah Islam di Nusantara
Setidaknya terdapat beberapa kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.
- Perdagangan. Pada tahap awal, susukan yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia ialah perdagangan. Hal itu sanggup diketahui melalui adanya kesibukan kemudian lintas perdagangan pada era ke-7 M hingga era ke-16 M.
- Perkawinan. Banyak penduduk pribumi, terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan aturan Islam, bahwa para perempuan yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu.
- Pendidikan. Para ulama banyak yang mendirikan forum pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada forum inilah, para ulama memperlihatkan pengajaran ilmu keIslaman melalui aneka macam pendekatan hingga kemudian para santri bisa menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik
- Tasawuf. Salah satu sifat khas dari pedoman ini ialah fasilitas terhadap budaya lokal, sehingga menjadikan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik mendapatkan pedoman tersebut.
- Kesenian. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga ialah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
- Politik. Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam sesudah rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di wilayah ini.
1. Perkembangan Islam DI Sumatera
Pada umumnya, buku-buku sejarah menyebutkan perkembangan agama Islam bermula dari Pasai, Aceh Utara. Orang yang membuatkan Islam pulau Sumatera ialah Abdullah Arif. Setelah agama Islam berkembang di Pasai, dengan cepat tersebar ke Pariaman yang dibawa oleh Syekh Burhanuddin.
Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan ialah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar yang merupakan bupati Majapahit di Palembang waktu diberi saran biar bersedia membuatkan agama Islam di Sumatera Selatan.
2. Perkembangan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Papua
Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan, dengan ibu kotanya Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini ialah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa.
Islam masuk ke Kalimantan Barat mula-mula di kawasan Muara Sambas dan Sukadana. Pembawa agama Islam ke kawasan Kalimantan Barat ialah para pedagang dari Johor (Malaysia), serta ulama dan mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan). Sultan Islam yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana, yaitu Panembahan Giri Kusuma.
Islam masuk di Maluku melalui jalur perdagangan di era ke-15 alasannya Maluku sohor sebagai kepulauan rempah-rempah. Syekh Mansur ialah salah satu pedagang dari Arab yang meyiarkan Islam di Tidore pada masa pemerintahan Calano Caliati. Sementara Datu Maulana Hussein ialah salah satu pedagang dari Jawa yang juga kuat dalam penyebaran Islam di Ternate pada masa pemerintahan Kalano Marhum.
Islam masuk ke Irian terutama alasannya dampak raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama Islam dan ulama atau mubaligh dari Maluku. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di papua ialah Misol, Salawati, Pulau Waigeo, dan Pulau Gebi.
3. Perkembangan Islam di Sulawesi
Pada era ke-16 Islam telah masuk ke Sulawesi, yang dibawa oleh Dato’ Ri Bandang dari Sumatera Barat. Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Sulawesi ialah Goa, sebuah kerajaan di Sulawesi Selatan.
Raja Goa yang berjulukan Karaeng Tonigallo masuk Islam. Kemudian atas permintaan Dato’ Ri Bandang, Raja Goa berganti nama dengan Sultan Alauddin. Setelah Sultan Alauddin wafat, dia diganti oleh putranya yang berjulukan Sultan Hasanuddin. Dari Goa Islam terus berkembang ke daerah-daerah lainnya ibarat kawasan Tallo dan Bone.
4. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara
Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula ke Nusa Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa.
Agama Islam berkembang di Nusa Tenggara mula-mula di kawasan Lombok yang penduduknya disebut Suku Sasak. Dari kawasan Lombok, secara pelanpelan selanjutnya tersebar pula ke daerah-daerah Sumbawa dan Flores.
5. Perkembangan Islam di Pulau Jawa
Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada era ke-11 M., yang dibawa oleh para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang mula-mula dimasuki Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur.
Tokoh populer yang berdakwah di Jawa Timur ialah Maulana Malik Ibrahim. Beliau menetap di Gresik. Dalam majlisnya itu dia mengkader beberapa orang murid. selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain di pulau Jawa.
Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak. Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9 yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke kawasan pedalaman pulau Jawa, sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.
D. Kerajaan Islam
Berikut ialah uraian singkat beberapa keajaan Islam yang populer di Nusantara.
1. Samudera Pasai
Samudera Pasai ialah keajaan Islam pertama di Indonesia yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Peurelak (Perlak). Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik al- Saleh pada tahun 1285 (abad 13 M) sekaligus sebagai raja pertama.
Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir I. Ia memerintah hingga tahun 1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir II.
2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
3. Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang berjulukan Raden Patah. Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah Sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana) dengan Pangeran Prawoto (anak Trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membun*h
pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibun*h oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen).
Arya Penangsang kemudian tampil menjadi Sultan Demak ke-4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhi dengan kekacauan alasannya banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada risikonya seorang adipati Pajang berjulukan Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet berhasil membun*hnya. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
4. Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang ialah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya meninggal, seharusnya Pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Pangeran Prawata). Setelah Arya Pangiri sanggup dikalahkan, Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.
5. Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan alasannya ia telah berjasa
membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng Pamanahan meninggal, Mataram dipegang oleh putranya, Sutawijaya.
Sepeninggal Sutawijaya, Tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya ialah Raden Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Setelah terjadinya Perjanjian Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian, Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta. Lebih dari itu, dengan adanya Perjanjian Salatiga, Kerajaan Surakarta terpecah lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/Kasunanan.
6. Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sabakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin.
Pada era ke-17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga kesultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Banten
Daerah Banten di-Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya Maulana Yusuf.
Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan Ageng ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
8. Makassar
Pada era ke-16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo. Makassar dengan ibu kota di Somba Opu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Bertindak sebagai rajanya ialah Raja Goa, Daeng Manrabia dengan gelar Sultan Alauddin dan sebagai mangkubumi (Perdana Menteri) ialah Raja Tallo, Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah, yang pada masa pemerintahannya ialah puncak kejayaan Makassar.
9. Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira era ke-13. Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang populer dari Tidore ialah Sultan Nuku. Muncullah Sultan Khaerun yang kini menjadi nama universitas di Ternate
E. Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
Secara garis besar ada dua bentuk gerakan pembaharuan Islam di Indonesia: (1) Gerakan pendidikan dan sosial, (2) gerakan politik.
1. Gerakan Pendidikan dan Sosial
a. Sekolah Thawalib
Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem sekolah. Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya.
Tidak hanya guru dan murid di sekolah itu, melainkan juga para alumni.
Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Akhirnya organisasi Sumatera Thawalib
berkembang menjadi organisasi politik dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia, disingkat Permi. Permi merupakan partai Islam politik pertama di Indonesia. Asas Permi tergolong modern. Bukan hanya Islam, tetapi juga Islam dan Nasionalis.
b. Jamiat Khair
Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada tanggal 17 Juli 1905. Di antara pendirinya ialah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat atau darah biru Arab.
Ada dua acara yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan membina sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak
tidak mengajarkan Bahasa Belanda tkarena bahasa penjajah, tetapi diganti
dengan bahasa Inggris.
c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan. Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair. Al-Irsyad tidak sanggup dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia seorang Arab keturunan Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam badan Al-Irsyad.
d. Persyarikatan Ulama
Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula berjulukan Hayatul Qulub, didirikan di Majalengka, Jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911. Kiai Halim ialah alumni Timur Tengah. Ia menyerap idei-de pembaruan yang dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh pembaruan di Mesir.
Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “sistem madrasah” dengan “sistem asrama”. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama diberi nama “Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan.
e. Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan pedoman Islam berdasarkan paham kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh aneka macam jenis perjuangan di aneka macam bidang, antara lain sebagai berikut.
- Di bidang keagamaan, melakukan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
- Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya.
- Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
- Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
- Mengembangkan perjuangan lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
f. Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial.
Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini mempunyai antara lain beberapa puluh rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan. Gerakan dakwah Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah; memerangi aneka macam perbuatan syirik, menyekutukan Allah Swt.
Muhammadiyah, menekankan pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang aturan Islam biar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
g. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya tanggal 12 September 1923 di Bandung. Ide mulanya dari seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm Mekkah berjulukan H. Zamzam bersama sobat dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang.
Persis bertujuan: Pertama, mengamalkan segala pedoman Islam dalam setiap segi kehidupan anggotanya dalam masyarakat, kedua, menempatkan kaum muslimin pada pedoman aqidah dan syari’ah berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.
2. Gerakan Politik
Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman kemerdekaan ialah Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi), Sarikat Islam (SI), dan Partai Islam Indonesia (PII). SI didirikan di Solo pada tanggal 11 November 1911 sebagai kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905.
SI kemudian menjelma Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Partai Islam Masyumi pada awal berdirinya merupakan satu-satunya partai politik Islam yang dibutuhkan sanggup memperjuangkan kepentingan seluruh golongan umat Islam dalam negara modern yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Masyumi merupakan partai federasi yang menampung semua golongan tradisional.
F. Nilai-Nilai Keteladanan Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Tokoh-tokoh aktivis utama dalam penyebaran Islam dan telah menggoreskan nilai-nilai keteladan mereka lebih dikenal dengan sebutan “Wali Songo” yaitu sebagai berikut.
- Maulana Malik Ibrahim, nama lainnya ialah Maulana Maghribi (Barat). Disebut Maghribi alasannya asalnya dari Persia, sentra kegiatannya di Gresik, Jawa Timur.
- Sunan Ampel atau Ngampel, nama kecilnya Raden Rahmat yang berkedudukan di Ngampel Surabaya. Melalui kiprah dia lahirlah generasi Islam yang tangguh, salah satunya Raden Fatah sultan pertama Demak.
- Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku. Beliau ialah murid Sunan Ampel. Pusat kegiatannya di Bukit Giri, Gresik.
- Sunan Bonang, nama kecilnya ialah Makdum Ibrahim putra Raden Rahmat yang berkedudukan di Bonang bersahabat Tuban.
- Sunan Drajat, nama kecilnya ialah Malik Munih juga putra Raden Rahmat dengan sentra kegiatan di kawasan Drajat, bersahabat Sedayu suatu wilayah antara Gresik dan Tuban.
- Sunan Kalijaga, nama aslinya Joko Said. Pusat kegiatannya di Kadilangu, Demak (Jawa Tengah).
- Sunan Gunung Jati disebut pula Syarif Hidayatullah, berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon (Jawa Barat).
- Sunan Kudus, berkedudukan di Kudus.
- Sunan Muria, yang berkedudukan di gunung Muria bersahabat Kudus.
Menurut buku Atlas Wali Songo, disebutkan kiprah tokohtokoh Wali Songo dalam mengubah dan menyesuaikan tatanan nilai-nilai budaya masyarakat, sebagai berikut:
- Sunan Ampel menciptakan peraturan-peraturan yang islami untuk masyarakat Jawa.
- Raja Pandhita di Gresik merancang contoh kain batik, tenun lurik dan perlengkapan kuda.
- Susuhunan Majagung, mengajarkan mengolah aneka macam jenis masakan, lauk pauk, memperbaharui alat-alat pertanian, menciptakan gerabah.
- Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca mantra, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan.
- Sunan Giri menciptakan tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur perhitungan kalender siklus perubahan hari, bulan, tahun, windu, menyesuaikan siklus pawukon, juga merintis pembukaan jalan.
- Sunan Bonang mengajar ilmu suluk, menciptakan gamelan, menggubah irama gamelan.
- Sunan Drajat, mengajarkan tata cara membangun rumah, alat yang dipakai orang untuk memikul orang ibarat tandu dan joli.
- Sunan Kudus, merancang pekerjaan peleburan, menciptakan keris, melengkapi peralatan pande besi, kerajinan emas juga menciptakan peraturan undangundang hingga sistem peradilan yang diperuntukkan orang Jawa
G. Menjunjung Tinggi Kerukunan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap dan sikap mulia yang harus kita kembangkan sebagai Implementasi dari pelajaran ihwal sejarah perkembangan Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
- Menghargai jasa para pendekar muslim yang telah mengorbankan segalanya demi tersebarnya syiar Islam.
- Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan ekspresi dominan dan valid mengenai sejarah Islam,mengingat terbatasnya sumber data dan perdebatan para pakar ihwal validitas data sejarah.
- Meneladani sikap dan sikap para tokoh teladan pada masa permualaan masuknya Islam yang mengedepankan cara damai.
- Menjadikan semua acara dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-lain) sebagai sarana syiar Islam dan dakwah.
- Belajar dari para tokoh penyebar Islam di Indonesia yang memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat ihwal Islam
H. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari pelajaran ihwal dakwah Islam di Nusantara, antara lain sebagai berikut.
- Menghargai jasa para pendekar muslim yang telah mengorbankan segalanya demi tersebarnya syiar Islam.
- Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan ekspresi dominan dan valid mengenai sejarah Islam, mengingat terbatasnya sumber data dan perdebatan para pakar ihwal validitas datadatasejarah.
- Meneladani sikap dan sikap para dai pada masa permulaan masuknya Islam yang mengedepankan cara damai.
- Menjadikan semua acara dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian, dan lain-lain) sebagai sarana dakwah.
- Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas), tanpa mengukur jerih payah dalam berdakwah dengan penghasilan.
- Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi muda.
- Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali kejayaan Islam.
- Bersikap moderat dan santun dalam berdakwah dan menyebarluaskan pedoman Islam.
Buat lebih berguna, kongsi: