Kode Iklan Disini

Menyembah Allah Swt. Sebagai Ungkapan Rasa Syukur

Perintah menyembah Allah Swt.Yang Maha Esa dan larangan menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun. Kewajiban berbuat Ihsan kepada kedua orang renta atas segala jasa mereka. Kemuliaan seorang ibu dibandingkan dengan ayah lantaran kasih sayangnya yang tercurah semenjak dalam kandungan, dikala dilahirkan, dikala dalam buaian, sampai disapih.

Berbuat baik kepada semua orang sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. Rasulullah saw. menganjurkan dengan sangat biar kita memuliakan orang tua, terutama ibu. Rasulullah saw. sangat rajin beribadah meskipun dosa-dosanya sudah diampuni. Karena semua ibadah dan kebaikan yang dilakukan ia yaitu wujud kesyukuran kepada Allah Swt. atas segala karunia yang Allah Swt. anugerahkan.

A. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. Luqman/31:13-14 dan Hadis wacana Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.

1. Membaca Q.S. Luqmãn/31:13-14.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿ ١٣

(wa-idz qaala luqmaanu liibnihi wahuwa ya'izhuhu yaa bunayya laa tusyrik biallaahi inna alsysyirka lazhulmun 'azhiimun)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴿ ١٤

(wawashshaynaa al-insaana biwaalidayhi hamalat-hu ummuhu wahnan 'alaa wahnin wafishaaluhu fii 'aamayni ani usykur lii waliwaalidayka ilayya almashiiru)

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah Swt., sebetulnya mempersekutukan (Allah Swt.) yaitu benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada insan (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (Q.S.Luqman/31:13-14).

Penerapan Tajwid
Surat Luqman/31:13
LafalHukum Tajwid
قَالَMad Thobi'i lantaran karena aksara mim berharakat fathah bertemu alif  dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
لُقْمَانُQalqalah sughra lantaran aksara qalqalah qaf' disukun dan posisinya di tengah kalimat.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. 
لِابْنِهِQalqalah sughra lantaran aksara qalqalah ba' disukun dan posisinya di tengah kalimat
يَعِظُهُ يَا بُنَيَّMad shilah qashirah alasannya yaitu aksara ha (kata ganti) bertemu dengan aksara selain hamzah
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara ya berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid
لَاMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid
تُشْرِكْTarqiq karena  ra berharkat kasrah.
بِاللَّهِTarqiq lantaran lafaz Allah didahului oleh aksara hijaiyah ba' berharakat kasrah
إِنَّGhunnah lantaran nun bertasydid.
الشِّرْكَAlif lam syamsiyah lantaran aksara alif lam bertemu aksara syamsiyah syin
لَظُلْمٌ عَظِيمٌIdhzar lantaran aksara mim berharakat dhammah tanwin bertemu aksara 'ain.
Mad arid lissukun lantaran aksara mad jatuh sebelum aksara yang diwaqaf. Huruf mim di sini yang diwaqaf.
Surat Luqman/31:14
LafalHukum Tajwid
وَوَصَّيْنَاMad layn lantaran aksara ya’ sukun didahului oleh aksara shad berharakat fathah
الْإِنْسَانَIkhfa lantaran aksara nun sukun bertemu aksara sin.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
بِوَالِدَيْهِMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara wau berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad layn lantaran aksara ya’ sukun didahului oleh aksara shad berharakat fathah.
أُمُّهُGhunnah lantaran aksara mim bertasydid
وَهْنًا عَلَىٰIdhzar lantaran aksara nun berharakat dhammah tanwin bertemu aksara 'ain.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. 
وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِيIdgham bighunnah lantaran aksara nun berharakat kasrah tanwin bertemu aksara wau.
Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara shad berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad shilah qashirah alasannya yaitu aksara ha (kata ganti) bertemu dengan aksara selain hamzah. Dalam hal ini bertemu aksara fa'.
فِيMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara fa' berharakat kasrah bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid
عَامَيْنِMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara 'ain berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad layn lantaran aksara ya’ sukun didahului oleh aksara mim berharakat fathah.
لِيMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara lam berharakat kasrah bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
وَلِوَالِدَيْكَMad orisinil atau mad thobi’i lantaran aksara wau berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid.
Mad layn lantaran aksara ya’ sukun didahului oleh aksara daal berharakat fathah.
الْمَصِيرُAlif lam qamariyah lantaran aksara alif lam bertemu aksara mim.
Mad arid lissukun lantaran aksara mad jatuh sebelum aksara yang diwaqaf. Huruf mim di sini yang diwaqaf.

Kosakata Baru
Surat Luqman/31:13-14
 يَعِظُهُ لِابْنِهِ وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
Menasihatinya Kepada anaknya Ketika Luqman berkata
إِنَّ الشِّرْكَ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ  بُنَيَّ
Sesungguhnya syirik itu Jangan kau sekutukan Allah Swt. Wahai anakku
الْإِنْسَانَ وَوَصَّيْنَا لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Manusia Kami wasiatkan, perintahkan Benar-benar merupakan kezaliman yang besar
وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ بِوَالِدَيْهِ
Lemah semakin lemah Ibunya mengandungnya Kepada kedua orangtuanya
أَنِ اشْكُرْ لِي فِي عَامَيْنِ وَفِصَالُهُ
Bersyukurlah kepada-Ku Dalam dua tahun Menyapihnya, memisahnya
الْمَصِيرُ إِلَيَّ وَلِوَالِدَيْكَ
Tempat kembali Kepada-Ku Dan kepada kedua orangtuamu

B. Penjelasan surat
Surat Luqman yaitu surah yang turun sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah. Luqman al-Hakim yang terkenal dengan kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya. Sepertinya dialah yang dimaksud oleh surat ini.

Diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika tiba ke Mekah dan Rasulullah
saw. mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Rasulullah saw. kemudian membacakan al-Quran kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam.

Dalam ayat ini, Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/mempersekutukan Allah Swt.. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran wacana wujud dan keesaan Allah Swt.

Pesannya merupakan larangan jangan mempersekutukan Allah Swt. untuk menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang jelek sebelum melaksanakan yang baik.

C. Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. menginformasikan wacana wasiat Luqman kepada anaknya. Wasiat pertama yaitu biar menyembah Allah Swt. Yang Maha Esa tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Luqman memperingatkan bahwa tindakan syirik yaitu bentuk kezaliman terbesar.

Kemudian, pesan tersirat untuk menyembah Allah Swt. dibarengkan dengan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua, “dan Kami wasiatkan kepada insan supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tua, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah”. Firman-Nya,
“dan menyapihnya selama dua tahun”, yaitu mendidik dan menyusuinya. Pada ayat yang lain Allah Swt. berfirman, “dan para ibu menyusui anaknya selama dua tahun.

Terkait dengan bakti kepada kedua orang tua, banyak hadits telah diriwayatkan, di antaranya yaitu sabda Rasulullah saw. yaitu berikut:

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ

Artinya: “
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang pria tiba kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya berbakti kepadanya?” ia menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” ia menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “kemudian siapa lagi?” ia menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari, Hadist no:
5514 ).

Dalam hadits di atas kita temukan betapa Rasulullah saw. sangat memuliakan seorang ibu, bahkan seolah-olah jasanya berlipat tiga dibanding ayah. Dalam hadis lain yang sangat terkenal juga terdapat penegasan Rasulullah saw. bahwa nirwana itu di bawah telapak kaki ibu.

Berterima kasih kepada insan (termasuk kepada orang tua) merupakan bab dari ungkapan syukur kepada Allah Swt. Secara tegas, bagaimana ibadah itu hanya sekadar mensyukuri nikmat Allah Swt. tergambar dalam hadis berikut

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ

Artinya :
“Dari Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat malam sampai kaki ia bengkak-bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah saw., kenapa Anda melaksanakan ini padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa Anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: “Apakah saya tidak suka jikalau menjadi hamba yang bersyukur?” Dan tatkala ia gemuk, ia shalat sambil duduk, apabila ia hendak ruku’ maka ia bangun kemudian membaca beberapa ayat kemudian ruku.” (H.R. Bukhari, Hadits no:4460 )

Rasulullah saw. yang sudah ditanggung dan dijamin terbebas dari segala dosa, ternyata lebih rajin dan semangat dalam beribadah daripada kita. Beliau begitu tekun dan khusyuk beribadah demi mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah Swt.

D. Kaitan antara Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dalam Q.S. Luqman/31: 13-14
Syukur sanggup diartikan sebagai ungkapan terima kasih kepada pihak yang telah berjasa kepada kita baik dalam bentuk moril maupun materiil. Bersyukur sanggup ditujukan kepada Allah Swt. dan kepada manusia.

Dalam ayat ke14 surah Luqmān, Allah Swt. memerintahkan insan biar berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian Allah Swt. menyebutkan jasa-jasa sang ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan menderita.

Kemudian, Allah Swt. menutup ayat-Nya dengan perintah bersyukur kapada-Nya dan kepada kedua orang tua. Sementara pada ayat sebelumnya, Allah Swt. melalui verbal Luqmān mengingatkan ancaman perbuatan syirik.

Dari sisi caranya, bersyukur mencakup tiga aspek, yaitu hati, lisan, dan perbuatan. Bersyukur dengan hati dilakukan dengan cara mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah Swt. bersyukur dengan verbal dilakukan dengan cara mengungkapkan secara verbal rasa syukur itu dengan mengucapkan tahmid, yaitu “alhamdulillah”, sedangkan bersyukur dengan perbuatan yaitu dengan cara melaksanakan semua perbuatan yang baik dan diridloi Allah swt

E. Hikmah dan Manfaat Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt.
Hikmah dan manfaat yang kita dapatkan dari sikap bersyukur dan ketulusan beribadah. Hal itu di antaranya sebagai berikut.
  1. Mendapatkan keberkahan dari setiap rizki yang kita terima, sebagaimana janji-Nya dalam firman-Nya; “... jikalau kalian bersyukur, pasti akan Kami tambah nikmat baginya, dan jikalau kalian kufur (mengingkari nikmat-Ku) maka sebetulnya siksa-Ku itu teramat pedih” (Q.S. Ibrahim/14:7).
  2. Menemukan ketenangan batin dan kedamaian hati dalam menjalani semua acara sehari-hari lantaran kerelaannya dalam menyikapi santunan Allah Swt.
  3. Terhindar dari siksa api neraka, dikarenakan telah menjadi hamba yang tahu diri dengan selalu bersyukur atas karunia Allah Swt. sebagaimana yang dijanjikan- Nya dalam Q.S. Ibrahim/14:7 di atas.

F. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap mulia yang sanggup dikembangkan dari tema ibadah dan bersyukur di antaranya ialah sebagai berikut.
 Kewajiban berbuat Ihsan kepada kedua orang renta atas segala jasa mereka Menyembah Allah Swt. sebagai Ungkapan Rasa Syukur
  1. Bersikap qana’ah, yaitu mendapatkan semua jenis kenikmatan yang dianugerahkan Allah Swt., baik yang dianggap kecil maupun besar, dengan nrimo dan penuh kerelaan. Tanpa qana’ah, mustahil kita sanggup bersyukur.
  2. Berusaha mengesakan Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.
  3. Berusaha mentaati Allah Swt. dalam segala keadaan dan menjauhi larangan- Nya sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt.
  4. Berbakti kepada kedua orang renta sebagai bentuk terimakasih kepada mereka atas semua usaha dan pengorbanannya dari semenjak dalam kandungan sampai dikala ini.
  5. Memperbanyak amal salih / perbuatan yang bermanfaat bagi sesama sebagai bentuk konkret dari ungkapan rasa syukur kepada Allah swt.
Buat lebih berguna, kongsi:
close