Analisis Wacana Tekstual dan Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi Karya Kelompok Musik Nidji
Oleh: Andi Dwi Handoko
Abstrak
Tulisan ini akan menganalisis lagu Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi ialah salah satu lagu yang terdapat dalam album Ost. Laskar Pelangi. Album Ost. Laskar Pelangi ialah album yang berisi beberapa lagu sebagai pengisi dalam film Laskar Pelangi yang disutradarai oleh Riri Riza. Lagu Laskar Pelangi ialah hasil refleksi dari novel karya Andrea Hirata. Lirik lagu Laskar Pelangi bisa mengungkapkan pesan dalam novel tersebut. Pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini akan dianalisis secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif. Analisis wacana tekstual dalam lagu ini meliputi analisis aspek gramatikal dan leksikal. Aspek gramatikal meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Aspek leksikal meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
Kata kunci: wacana, tekstual, gramatikal, leksikal, imperatif
A. Pendahuluan
Nidji ialah grup band dengan komposisi enam orang awak yang berasal dari Jakarta. Grup musik tersebut terdiri atas Giring (vokal), Rama dan Ariel (gitar), Adrie (drum), Andro (bass), dan Randy (keyboard). Nama Nidji merupakan penyempurnaan dari kata niji yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti pelangi. Nidji sanggup diartikan sebagai ikatan warna dan konsep lagu yang merefleksikan warna musik mereka yang bermacam-macam (Wikipedia, 2009).
Konsep musik yang dianut Nidji ialah modern rock yang memadukan unsur-unsur lain, menyerupai progresif, funk, alternatif dan pop. Nidji terbentuk pada tahun 2002. Pada tahun 2005 mereka mengawali prestasi yang prestisius dengan mengeluarkan album perdana, yaitu Breakthru’. Setelah sukses dengan album perdana tersebut, pada tahun 2007 Nidji kembali melucurkan album gres bertajuk Top Up. Album kedua ini pun mendapat respon yang kasatmata dari masyarakat. Nidji juga mendapat akta Platinum untuk lagu-lagunya
Pada tahun 2008, Nidji menjadi Lead-Band di album kompilasi Ost. Laskar Pelangi dengan lagu berjudul Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi ialah representasi dari sebuah novel karya Andrea Hirata. Novel ini ialah salah satu novel yang fenomenal. Novel ini lalu dijadikan sebuah film dengan judul yang sama yakni Laskar Pelangi. Film ini disutradarai oleh Riri Riza. Untuk mendukung keutuhan film Laskar Pelangi, maka diciptakan album Ost. Laskar Pelangi. Lagu Laskar Pelangi karya kelompok musik Nidji ialah salah satu lagu yang terdapat dalam album lagu tersebut
Lagu Laskar Pelangi tersebut secara tidak eksklusif merangkum seluruh pesan dalam novel. Novel Laskar Pelangi ialah novel yang sangat menggugah ide pembaca. Pesan utamanya ialah mengajak orang untuk berani bermimpi dan berjuang untuk membuat mimpi itu terwujud. Setiap orang niscaya bisa mewujudkan mimpinya apapun hambatan yang dihadapi.
Nidji bisa membuat lirik dan lagu untuk mengungkapkan pesan dalam novel tersebut. Lagu tersebut bersifat riang, penuh rasa optimis, mengagungkan persahabatan, dan bisa menyulut semangat pantang menyerah. Nuansa religius pun terangkum dalam lagu tersebut. Pesan-pesan dalam lagu ini tertuang dalam teks-teks atau kalimat yang mengandung tuturan imperatif. Lagu ini pun sanggup dikonsumsi dari aneka macam kalangan dan usia. Banyak nilai pendidikan, motivasi, dan pesan yang terangkum dalam lagu ini, maka lagu ini patut kalau digolongkan ke dalam salah satu lagu pendidikan dan patut dicermati serta dianalisis. Selain itu, lirik lagu juga merupakan salah satu jenis wacana yang mempunyai struktur. Oleh lantaran itu, penulis tertarik untuk menganalisis lirik lagu Laskar Pelangi secara tekstual dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk kalimat imperatif dalam lagu tersebut.
B. Pendekatan dan Kajian Teori
Pendekatan yang dipakai untuk menganalisis lagu Laskar Pelangi ini ialah pendekatan tekstual. Analisis tekstual ialah analisis wacana yang bertumpu secara internal pada teks yang dikaji (Sumarlam, ed., 2008:87). Analisis wacana tekstual mempunyai dua lingkup penganalisisan yakni analisis aspek gramatikal dan leksikal.
Aspek gramatikal wacana menitikberatkan pada segi bentuk dan struktur lahir sebuah wacana. Aspek gramatikal wacana meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).
Pengacuan atau referensi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya (Sumarlam, ed., 2008:23). George Yule (2006:27) mengungkapkan referensi sebagai suatu tindakan di mana seorang penutur, atau penulis, memakai bentuk linguistik untuk memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu. Berdasar pada tempatnya, pengacuan dibedakan menjadi pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan dikatakan endofora kalau acuannya berada di dalam teks wacana tersebut, sedangkan eksofora kalau acuannya berada di luar teks wacana. Pengacuan endofora menurut arah pengacuan dibedakan menjadi pengacuan anaforis dan kataforis. Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif.
Penyulihan ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam suatu wacana dengan tujuan memperoleh unsur pembeda. Substitusi atau penyulihan dibagi menjadi empat macam, yakni (1) substitusi nominal, (2) substitusi verbal, (3) substitusi frasal, dan (4) substitusi klausal (Sumarlam, ed., 2008:28).
Pelesapan atau elipsis ialah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan gampang sanggup diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembca atau pendengar, srhingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yangberlaku (Gorys Keraf, 2004:132).
Perangkaian atau konjungsi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam, ed., 2008:32).
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Dalam hal ini, aspek leksikal wacana bertumpu pada korelasi secara semantis. Aspek leksikal wacana meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), antonimi (lawan kata), dan ekuivalensi (kesepadanan).
Repetisi ialah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bab kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Gorys Keraf, 2004:127). Selanjutnya Gorys Keraf (2004:127-128) membagi repetisi menjadi delapan macam, yakni epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis.
Sinonimi ialah suatu istilah yang sanggup dibatasi sebagai (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang mempunyai makna yang sama, atau (2) keadaan di mana dua kata atau lebih mempunyai makna yang sama (Gorys Keraf, 2004:34). Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi sanggup dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) sinonimi antara morfem (bebas) dan morfem (terikat), (2) kata dengan kata, (3) kata dengan frasa atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa, dan (5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat (Sumarlam, ed., 2008:39).
Antonimi atau lawan kata ialah kekerabatan antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau bertentangan (Gorys Keraf, 2004:39). Antonimi juga disebut oposisi makna. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dibedakan menjadi lima macam, yakni (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub, (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk.
Kolokasi atau sanding kata ialah asosiasi tertentu dalam memakai pilihan kata yang cenderung dipakai secara berdampingan (Sumarlam, ed., 2008:44). Hiponimi ialah semacam kekerabatan antar kata yang berwujud atas-bawah (Gorys Keraf, 2004:38). Ekuivalensi ialah korelasi kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, ed., 2008:46).
Analisis lagu Laskar Pelangi ini di dalamnya juga akan mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk wacana imperatif yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Kalimat imperatif ialah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta biar kawan tutur melaksanakan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur (R. Kunjana Rahardi, M. Hum, 2005:79). R. Kunjana Rahardi (2005:79) membagi kalimat imperatif dalam Bahasa Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif permintaan, (3) kalimat imperatif pertolongan izin, (4) kalimat imperatif ajakan, dan (5) kalimat imperatif suruhan.
C. Deskripsi Lirik Lagu
Berikut disajikan data berupa lirik lagu Laskar Pelangi secara utuh untuk memudahkan penulis dalam menganalisis juga sanggup mempermudah perujukan, Penyajian lirik lagu ini ialah penyajian utuh menyerupai dalam lagu yang sebenarnya. Jadi, penyajian ini tidak ada penghilangan lirik lantaran pengulangan.
{1} mimpi ialah kunci
{2} untuk kita menaklukkan dunia
{3} berlarilah tanpa lelah
{4} hingga engkau meraihnya
{5} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{6} bebaskan mimpimu di angkasa
{7} warnai bintang di jiwa
{8} menarilah dan terus tertawa
{9} walau dunia tak seindah surga
{10} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{11} cinta kita di dunia
{12} selamanya
{13} cinta kepada hidup
{14} memperlihatkan senyuman abadi
{15} walau hidup kadang tak adil
{16} tapi cinta lengkapi kita
{17} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
{18} jangan berhenti mewarnai
{19} jutaan mimpi di bumi
{20} menarilah dan terus tertawa
{21} walau dunia tak seindah surga
{22} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{23} cinta kita di dunia
{24} menarilah dan terus tertawa
{25} walau dunia tak seindah surga
{26} bersyukurlah pada Yang Kuasa
{27} cinta kita di dunia
{28} selamanya
{29} selamanya
{30} Laskar Pelangi takkan terikat waktu
D. Analisis Tekstual Lirik Lagu Laskar Pelangi
Lirik lagu Laskar Pelangi ialah salah satu bentuk teks, sehingga lirik lagu tersebut sanggup dikaji atau dianalisis secara tekstual. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa analisis tekstual ialah analisis suatu wacana secara internal. Artinya, dalam analisis ini, hal yang akan menjadi objek analisis ialah lirik lagu Laskar Pelangi.
Analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini meliputi analisis aspek gramatikal dan aspek leksikal.
1. Analisis Aspek Gramatikal
Aspek gramatikal wacana dalam analisis lagu Laskar Pelangi ini hanya meliputi pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion).
a. Pengacuan (reference)
Dalam aspek gramatikal terdapat tiga jenis pengacuan, yakni pengacuan persona, demonstratif, dan komparatif. Dalam analisis lirik lagu Laskar Pelangi ini, hanya terdapat satu jenis pengacuan, yakni pengacuan persona.
Pada lirik lagu Laskar Pelangi terdapat tiga jenis pengacuan persona, yakni pronomina pertama jamak, pronomina kedua tunggal, dan nomina. Pengacuan persona pronomina pertama jamak sanggup diperhatikan pada kutipan lirik lagu berikut.
(1) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(2) cinta kita di dunia {11,23,dan 27}
(3) tapi cinta lengkapi kita {16}
Penggunaan kata kita pada kutipan (1), (2), dan (3) ialah pronomina persona pertama jamak bentuk bebas. Kata kita pada lirik lagu tersebut juga merupakan pengacuan eksofora lantaran yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada penulis syair lagu dan pendengar lagu.
Pronomina kedua tunggal pada lirik lagu Laskar Pelangi ini ditunjukkan dengan penggunaan engkau dan bentuk terikat lekat –mu dan sanggup ditunjukkan pada kutipan lirik berikut.
(4) hingga engkau meraihnya {4}
(5) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Engkau (4) merupakan pronomina persona kedua tunggal bentuk bebas. Pengacuan tersebut termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora lantaran yang diacu berada di luar teks, yaitu mengacu pada pendengar lagu. Pengacuan yang berbentuk –mu (5) memperlihatkan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat. Pengacuan –mu termasuk ke dalam jenis pengacuan eksofora lantaran yang diacu berada di luar teks, yaitu pendengar lagu.
Pengacuan nomina terlihat pada penggunaan bentuk terikat lekat kanan –nya menyerupai tampak pada kutipan (6).
(6) hingga engkau meraihnya {4}
Penggunaan kata ganti –nya (6) pada kutipan (6) mengacu pada kata mimpi yang terdapat di lirik lagu paling atas. Pengacuan tersebut termauk ke dalam jenis pengacuan endofora lantaran yang diacu berada di dalam teks, yaitu kata mimpi.
b. Penyulihan (subtitution)
Dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat penyulihan. Penyulihan ini terjadi pada kata dunia yang lalu diganti dengan kata bumi.
(7) cinta kita di dunia {11}
(8) jutaan mimpi di bumi {19}
c. Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan atau penghilangan satuan lingual tertentu sering dipakai para pencipta lagu untuk tujuan estetika. Lagu Laskar Pelangi juga memuat lirik-lirik yang mengalami pelesapan. Pelesapan dalam lagu tersebut sanggup ditemukan pada kutipan-kutipan berikut.
(9) mimpi ialah Ø kunci {1}
- mimpi ialah sebuah kunci
(10) Ø berlarilah tanpa Ø lelah {3}
- oleh lantaran itu, berlarilah tanpa rasa lelah
(11) Laskar Pelangi tØakØkan Ø terikat waktu {5,17, dan 30}
- Laskar Pelangi tidak akan pernah terikat waktu
(12) Ø bebaskan Ø mimpimu di angkasa {6}
- oleh lantaran itu, bebaskan semua mimpimu di angkasa
(13) Ø warnai bintang di jiwa {7}
- dan warnai bintang di jiwa
(14) Ø bersyukurlah pada Ø Yang Ø Kuasa {10,22, dan 26}
- serta bersyukurlah pada Tuhan Yang Maha Kuasa
(15) Ø cinta Ø kita di dunia Ø {11,23, dan 27}
- yang telah menganugerahi cinta pada kita di dunia ini
(16) Ø selamanya {12,28, dan 29}
- untuk selamanya
(17) cinta Ø kepada hidup {13}
- cinta kita kepada hidup
(18) Ø memperlihatkan senyuman abadi {14}
- akan memperlihatkan senyuman abadi
(19) walau Ø hidup kadang tØak adil {15}
- walaupun hidup kadang tidak adil
(20) tapi Ø cinta Ø Ølengkapi Ø kita {16}
- tapi kekuatan cinta bisa melengkapi kehidupan kita
(21) jangan Ø berhenti mewarnai {18}
- jangan pernah berhenti mewarnai
d. Perangkaian (Conjungtion)
Bentuk perangkaian terdapat dalam lirik lagu Laskar Pelangi. Terdapat tiga bentuk perangkaian atau konjungsi, yaitu konjungsi untuk yang memperlihatkan perangkaian tujuan, konjungsi walau yang memperlihatkan perangkaian konsesif, dan konjungsi tapi yang menggambarkan perangkaian pertentangan. Tiga bentuk konjungsi tersebut sanggup dilihat pada kutipan berikut.
(22) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(23) walau dunia tak seindah nirwana {9, 21, dan 25}
(24) walau hidup kadang tak adil {15}
(25) tapi cinta lengkapi kita {16}
2. Analisis Aspek Leksikal
Aspek leksikal wacana menitikberatkan pada segi makna atau struktur batin sebuah wacana. Aspek leksikal wacana dalam lirik lagu Laskar Pelangi meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
a. Repetisi (Pengulangan)
Wacana berupa lagu sering ditemukan bentuk repetisi di dalamnya, terutama repetisi bait atau refren. Pada lagu Laskar Pelangi ditemukan repetisi bait yakni pada larik {8-11} yang diulang pada lagi pada larik {20-23}dan {24-27}. Bait tersebut sanggup dilihat sebagai berikut.
(26) menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia
Pengulangan larik pun ditemukan pada lirik lagu tersebut dan sanggup dicontohkan sebagai berikut.
(27) Laskar Pelangi takkan terikat waktu {5}
Larik di atas yang berada dikutipan nomor {5} dan diulang lagi pada kutipan {17} dan {30}.
(28) selamanya {12}
Larik di atas berada dikutipan nomor {12} dan diulang lagi pada kutipan {28} dan {29}.
Pengulangan kata pada lirik lagu tersebut sanggup dijabarkan sebagai berikut.
(29) mimpi ialah kunci {1}
(30) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(31) jutaan mimpi di bumi {19}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata mimpi diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(32) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(33) walau dunia tak seindah nirwana {9, 21,dan 25}
(34) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata dunia diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(35) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(36) cinta kepada hidup {13}
(37) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata cinta diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(38) untuk kita menaklukkan dunia {2}
(39) cinta kita di dunia {11, 23, dan 27}
(40) tapi cinta lengkapi kita {16}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata kita diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
(41) cinta kepada hidup {13}
(42) walau hidup kadang tak adil {15}
Data tersebut memperlihatkan bahwa kata hidup diulang-ulang pada beberapa lirik dalam lagu Laskar Pelangi.
b. Sinonimi (padan kata)
Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal yang mendukung kepduan wacana. Sinonimi berfungsi sebagai penjalin korelasi makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.
Lagu Laskar Pelangi memuat dua sinonimi, yakni sinonimi morfem dan sinonimi kata.
(43) hingga engkau meraihnya {4}
(44) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
Pada contoh di atas, morfem (bebas) engkau bersinonim dengan morfem (terikat) –mu.
(45) Selamanya {12, 28, dan 29}
(46) memperlihatkan senyuman abadi {14}
Pada contoh di atas, kata selamanya bersinonim dengan kata abadi.
c. Kolokasi (sanding kata)
Kolokasi dalam sebuah wacana mempunyai kegunaan untuk mendukung kepaduan wacana. Dalam lagu Laskar Pelangi juga terdapat contoh kolokasi.
(47) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(48) warnai bintang di jiwa {7}
Pada contoh di atas, tampak pemakaian kata angkasa dan bintang. Kedua kata tersebut saling berkolokasi dan mendukung kepaduan lirik lagu.
d. Hiponimi (hubungan atas bawah)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga sanggup ditemukan unsur leksikal hiponimi. Contoh penggunaan hiponimi dalam lirik lagu ini sanggup diperhatikan pada kutipan berikut.
(49) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(50) walau dunia tak seindah nirwana {9,21,dan 25}
(51) cinta kita di dunia {11,23, dan 27}
(52) jutaan mimpi di bumi {19}
Pada contoh tersebut, kata dunia menjadi hipernim, sedangkan kata angkasa dan bumi menjadi hiponim lantaran angkasa dan bumi ialah bab dari dunia.
e. Antonimi (lawan kata)
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi juga sanggup ditemukan unsur antonimi. Contoh penggunaan antonimi dalam lirik lagu ini sanggup diperhatikan pada kutipan berikut.
(53) menarilah dan terus tertawa {8, 20, dan 24}
(54) jangan berhenti mewarnai {18}
Pada contoh tersebut, kata terus berantonim dengan kata berhenti . Antonimi dalam kutipan lirik lagu tersebut sanggup diklasifikasikan sebagai bentuk oposisi mutlak.
E. Kalimat Imperatif pada Lirik Lagu Laskar Pelangi
Kalimat imperatif ialah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta biar kawan tutur melaksanakan sesuatu sebagaimana yang diinginkan penutur. Wujud kalimat imperatif dalam sebuah wacana sangat beragam, mulai yang terasa halus hingga kasar. Kalimat imperatif sanggup pula berkisar pada suruhan untuk melaksanakan sesuatu hingga dengan larangan untuk melaksanakan sesuatu.
Lirik Lagu Laskar Pelangi ialah sebuah wujud wacana yang sarat amanat. Kalimat imperatif sanggup dihubungankan dengan sifat persuasif. Oleh alasannya ialah itu, di dalam lirik lagu ini sering ditemukan wujud kalimat imperatif. Contoh penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu ini sanggup diperhatikan pada kutipan berikut.
(55) berlarilah tanpa lelah {3}
(56) bebaskan mimpimu di angkasa {6}
(57) warnai bintang di jiwa {7}
(58) menarilah dan terus tertawa {8}
(59) bersyukurlah pada Yang Kuasa {10}
(60) jangan berhenti mewarnai {18}
Pada beberapa kutipan tersebut, kutipan nomor (55) hingga dengan nomor (59) mengindikasikan suatu kalimat suruhan positif. Kalimat suruhan kasatmata tersebut ditandai dengan penggunaan kata berimbuhan yakni berlarilah, bebaskan, warnai, menarilah, dan bersyukurlah. Pada kutipan nomor (60), kata jangan berhenti mengindikasikan suatu kalimat suruhan negatif. Jadi, semua kutipan di atas sanggup diklasifikasikan sebagai kalimat imperatif suruhan.
Penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi bukanlah tanpa fungsi. Kalimat imperatif dalam lirik lagu ini berfungsi untuk menekankan makna dan pesan lagu. Lagu Laskar Pelangi banyak memuat nasihat-nasihat kasatmata yang diwujudkan dengan bentuk kalimat imperatif. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat imperatif akan gampang diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu ini juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Dengan demikian, pesan-pesan yang terdapat dalam lagu berkesan tidak menghakimi pendengarnya.
F. Penutup
Lagu Laskar Pelangi ialah salah satu lagu yang populer dari kelompok musik Nidji. Lagu ini tergabung dalam album Ost. Laskar Pelangi yang merupakan refleksi dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang fenomenal. Lagu ini mengandung pesan-pesan yang sanggup memotivasi seseorang.
Lirik lagu Laskar Pelangi merupakan salah salah satu jenis wacana yang mempunyai struktur. Analisis tekstual lagu laskar pelangi meliputi analisis gramatikal dan leksikal. Berdasar pada analisis gramatikal, di dalam lirik lagu Laskar Pelangi ditemukan beberapa aspek gramatikal, yaitu pengacuan (reference), penyulihan (subtitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjungtion). Dalam analisis secara leksikal, lirik lagu Laskar Pelangi mengandung beberapa aspek leksikal, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas bawah), dan antonimi (lawan kata).
Di dalam lirik lagu Laskar Pelangi terdapat beberapa kalimat imperatif. Kalimat imperatif mempunyai kegunaan untuk menekankan makna dan pesan yang terkandung dalam lirik lagu. Kalimat imperatif bersifat persuasif sehingga pesan yang berbentuk kalimat imperatif akan gampang diterima oleh pendengar lagu. Kalimat imperatif dalam lagu Laskar Pelangi juga diwujudkan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang halus. Selain itu, penggunaan kalimat imperatif dalam lirik lagu Laskar Pelangi mendukung lagu ini sebagai lagu pendidikan dan lagu yang sanggup memotivasi pendengarnya.
Daftar Pustaka
George Yule. 2006. Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gorys Keraf. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Nidji, diakses pada tanggal 27 Desember 2009.
R. Kunjana Rahardi. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sumarlam. Ed. 2008. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Buat lebih berguna, kongsi: