Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy meminta guru biar lebih kreatif menawarkan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa dalam penerapan penguatan pendidikan huruf (PPK). Ia mengatakan, siswa jangan diberikan PR berupa matematika atau mata pelajaran lain, alasannya ialah kiprah menyerupai itu cukup diselesaikan di sekolah, bukan di rumah. Sebaliknya, guru harus bisa menawarkan PR yang berkaitan dengan nilai-nilai huruf prioritas dalam PPK.
"Dalam PPK, PR itu jangan Matematika. Kalau itu selesaikan saja di sekolah. PRnya apa? Misalnya untuk nilai huruf gotong royong, siswa dikasih PR berkunjung ke teman-temannya yang sakit, atau berkunjung ke panti asuhan, atau ikut kerja bakti di lingkungan rumah atau sekolah. Itulah PR dalam PPK. Ada nilai bahu-membahu dan rasa solidaritas. Sekolah atau guru harus inisiatif menawarkan PR menyerupai itu dalam PPK," ungkapnya ketika sosialisasi PPK kepada ratusan kepala sekolah dan pengawas sekolah SD dan Sekolah Menengan Atas se-Sumatra Utara, di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatra Utara, Medan, (4/9/2017).
Dalam PPK, nilai huruf prioritas yang dimaksud Mendikbud tersebut ada lima, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri. Mendikbud juga mengimbau guru biar bisa menanamkan perilaku toleransi antarumat beragama kepada siswa. Siswa juga harus bisa menghormati perbedaan, mengingat bangsa Indonesia ialah bangsa yang bermacam-macam atau majemuk.
Mendikbud juga meminta biar lagu Indonesia Raya tiga stanza dinyanyikan dalam setiap upacara bendera di sekolah. Menurutnya, lagu Indonesia Raya tiga stanza sanggup memperkuat rasa nasionalisme anak Indonesia. "Dalam membangun huruf anak, salah satunya bisa dengan membiasakan upacara bendera dengan lagu Indonesia Raya tiga stanza, itu menanamkan rasa nasionalisme," tuturnya.
Ia menuturkan, penerapan PPK di sekolah harus memakai metode "School Based Management", atau Manajemen Berbasis Sekolah. Menurutnya, Manajemen Berbasis Sekolah akan memperkuat ekosistem pendidikan alasannya ialah sekolah akan menjadi sentral atau pusat, sedangkan lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber berguru (learning resources).
"Semua acara berguru siswa, baik yang berada di sekolah, masyarakat, maupun di keluarga harus dimanajemeni oleh sekolah. Makara sekolah dihentikan lagi tidak bertanggung jawab atas semua kegiatan siswa," tegasnya. Ia menambahkan, salah satu kiprah sekolah ialah mengarahkan bawah umur dalam penerapan PPK di luar sekolah sebagai bab dari kegiatan berguru mengajar. Mendikbud juga meminta kepala sekolah supaya bisa mengedukasi lingkungan sekolahnya, dan melihat potensi apa saja yang ada di lingkungan sekolah yang bisa menjadi sumber berguru siswa. (sumber: mendikbud.go.id)
Buat lebih berguna, kongsi:

